Alat Tes Corona RI Siap Edar, Pemerintah Disindir Masih Impor

lembaga penelitian serta Penerapan Teknologi melaporkan sudah menyelesaikan pengembangan RT- PCR Test Kit berbasis strain virus corona SARS- CoV- 2 dari rumah sakit di Indonesia. Tetapi, Kepala BPPT Hammam Riza berkata perangkat itu sedang menunggu pesanan dari pemerintah.

Untuk penggunaannya sedang menunggu pesanan dari Gabungan pekerjaan dan Kementerian Kesehatan,” kata Hammam kepada CNNIndonesia. com, Senin( 28/ 9).

Hammam menuturkan Gugus Tugas dan Kemenkes belum melakukan pemesanan PCR test kit berbasis virus corona SARS-CoV-2 Indonesia secara resmi kepada BPPT. Dia menyebut situasi akibat Kemenkes dan Gugus Tugas masih menggunakan produk impor.

“Kemenkes maupun gugus tugas masih menggunakan produk impor,” ujar.

Hammam menyampaikan BPPT melalui Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan Covid-19 (TFRIC-19) menggunakan strain virus corona SARS-CoV-2 dari rumah sakit di Indonesia dalam membuat RT-PCR Test Kit.

Berdasarkan hasil pengujian, dia mengklaim RT-PCR Test Kit buatan BPPTT memiliki efektifitas 100 persen dan sensitivitas di atas 95 persen.

“Artinya sudah memenuhi standar WHO (Badan Kesehatan Dunia),” ujar Hammam.

Selain RT-PCR Test Kit, Hammam menyampaikan BPPT sudah berhasil mengembangkan dua varian Mobile Lab BSL-2, yaitu versi non trailer dan versi trailer yang lebih mudah untuk dipindahoperasikan (moveable). Saat ini, BPPT juga sedang mengembangkan varian ketiga versi bus.

Sejauh ini, Hammam mengungkapkan Mobile Lab BSL-2 hasil inovasi TFRIC-19 sudah digunakan di RS Ridwan Meuraksa Jakarta Timur, RS Pertamedika Plaju Palembang, dan RS Putri Hijau, Medan.

“Mobile Lab BSL-2 ini memiliki peran penting dalam penanganan pandemi Covid-19 utk meningkatkan kapasitas testing. Kapasitas Mobile Lab BSL-2 ini sudah mencapai 940 spesimen/24 jam dengan 10 batc,” ujarnya.

Di sisi lain, Hammam menyinggung kurangnya pemanfaatan oleh stakeholder dalam negeri, seperti Gugus Tugas maupun Kemenkes yang masih menggunakan produk impor menjadi kendala dalam pengembangan.

Selain itu, perilaku pemerintah yang masih menggunakan produk impor menjadi kendala hilirisasi produk inovasi terkait Covid-19.

“Padahal Permen Perindustrian Nomor 3/2014 sudah memberikan payung hukum untuk penggunaan produk dalam negeri (TKDN) dan memberikan sanksi bagi instansi pemerintah yang tidak melaksanakan pengadaan barang/jasa,” ujar Hammam.

Berdasarkan bunyi pasal 57 Permen Perindustrian Nomor 3/2014, produk dalam negeri wajib digunakan oleh pengguna produk dalam negeri, seperti lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, lembaga pemerintah lainnya, dan satuan kerja perangkat daerah.

Badan Usaha Milik Negara dan badan hukum lainnya yang dimiliki negara juga wajib menggunakan produk dalam negeri. Pejabat yang tidak mematuhi aturan itu dapat dikenakan peringatan tertulis, denda administratif, dan atau pemberhentian dari jabatannya.

Tak hanya produk jadi, rancang bangun dan perekayasaan nasional juga wajib digunakan oleh kementerian, lembaga, dan perangkat daerah.

Harga Alat Tes Lokal Lebih Murah

Sebelumnya, Hammam menuturkan ada dua alat pengetesan Covid-19 buatan Indonesia, yakni rapid test bernama RI-GHA Covid-19 dan PCR kit. Untuk yang rapid test, dia menyampaikan bernama RI-GHA Covid-19 dan PCR kit bernama BioCov-19.

Untuk RI-GHA Covid-19, Hammam menuturkan dikembangkan oleh BPPT, UGM, Unair, dan PT. Hepatika Mataram. Seluruh pihak itu, kata dia mengembangkan RI-GHA Covid-19 sejak desain hingga produksi massal.

Sesuai dengan uji validasi terhadap 10 ribu pasien, Hammam menyebut sensitivitas RI-GHA Covid-19 terhadap IgM mencapai 98,8 persen dan IgG sebesar 74 persen. Sedangkan spesifitasnya IgM sebesar 98 persen dan IgG mencapai 100 persen.

Untuk harga, Hammam menyebut RI-GHA Covid-19 yang sudah mendapat izin edar dari Kemenkes dijual dengan harga Rp75 ribu.

Sedangkan BioCov-19, Hammam menjelasakan adalah One Step Real Time PCR yang bisa mengeluarkan hasil dalam satu tahap. Dia mengatakan BioCov-19 adalah reagen yang bisa dipakai di berbagai alat RT-PCR.

Hammam menyampaikan BioCov-19 merupakan hasil kolaborasi BPPT, BioFarma, dan Nusantic. Alat itu, kata dia juga sudah divalidasi oleh Balitbangkes dan LBM Eijkman.

Dengan menggunalan Mobile Lab BSL 2, Hammam mengatakan sanggup mengecek 120 spesimen dalam waktu 12 jam. Sebaliknya dalam sehari, dia menyebut bisa 300 spesimen.

Di bagian lain, Hammam membeberkan spesifitas BioCov- 19 menggapai 100 persen terhadap virus SARS- CoV- 2. Selain itu, dia berkata gold standar dalam penguatan penaksiran Covid- 19 dan gen penemuan sesuai sekuens virus Indonesia. Hammam mengklaim harga jual satu box BioCov-19 berisi 30 kit berkirsar Rp9,75 juta.

Sumber : CNN Indonesia