Covid-19 Semakin Menyebar, Apakah Disinfektan Rumah Efektif Basmi Virus?

Virus Corona (COVID- 19) sedang masif penyebarannya sampai hari ini. Itu penyebabnya tidak sedikit industri, perkantoran ataupun perumahan yang melaksanakan penyemprotan disinfektan. Kemudian seberapa berarti serta efisien tahap ini?

Pimpinan umum PP Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) serta Komisi Ahli PMKL Kemenkes RI, Profesor Arif Sumantri, SKM, M. Kes berkata, warga butuh mengerti dahulu apa yang diartikan dengan disinfektan ini.

“Disinfektan merupakan proses dekonteminasi yang menghilangkan atau membunuh segala hal terkait mikroorganisme (baik virus dan bakteri) pada objek permukaan benda mati. Ini yang membedakan disinfeksi dengan antiseptik. Kalau antiseptik, membunuh atau menghambat mikroorganisme pada jaringan hidup,” katanya, dalam konferensi pers seperti disiarkan live di akun YouTube BNPB.

Ada lagi, kata dia, proses strerilisasi, yakni menghilangkan atau membunuh mikroorganisme secara keseluruhan.

Banyak meminta disinfeksi di perumahan, perkantoran. Tapi perlu diketahui bahwa proses ini memiliki dampak kesehatan seperti menimbulkan bau dan mengiritasi tangan bahkan mengganggu pernapasan sehingga agar efektif biasanya petugas harus mencuci tangan yang bersih, menggunakan sarung tangan dan menggunakan pakaian khusus untuk melindungi tubuh kita.

Lagi pula, kata dia, disinfeksi ini bukanlah segalanya. Prosesnya mungkin selesai dalam satu jam. Tapi perlu diketahui bahwa proses ini juga memiliki dampak kesehatan. Residunya bisa menimbulkan dampak lain.

Petugas wajib menggunakan sarung tangan. “Karena desinfektan itu memiliki zat yang bisa menimbulkan iritasi kulit, bau atau menimbulkan sesuatu yang berkaitan dengan kulit kita,” lanjutnya.

Petugas juga wajib menggunakan masker. Sebab, disinfektan dapat menimbulkan bau dan mengiritasi tangan bahkan mengganggu pernapasan. “Kemudian dalam pekerjaan ini dianjurkan mengenakan pakaian khusus yang melindungi tubuh,” imbuhnya.

“Jika memang berada di zona merah mungkin diperlukan (disinfeksi) dengan berkonsultasi dengan para ahli seperti HAKLI. Tapi yang terpenting mencuci pakai sabun saja cukup. Sabun seperti apa? Sabun dengan antiseptik,” katanya.

Disinfeksi menjadi harapan masyarakat dalam upaya pencegahan penyebaran infeksi COVID-19, setelah upaya social distancing. Disinfeksi yang merupakan proses dekontaminasi untuk membunuh mikoroorganisme pada benda mati ini sangat diandalkan oleh masyarakat.

Selain disinfeksi, sanitasi lebih efektif

Prof Arif menuturkan, hal yang paling penting dalam mencegah penularan virus ataupun bakteri adalah tren hidup bersih dan sehat. Cuci Tangan Pakai Sabun dan Air yang mengalir itu sangat penting dilakukan.

“Dimulai cuci tangan pakai sabun, kemudian tempat media yang seperti tidak bisa dilihat, tetapi kalau dilihat itu bisa menjadi melekatnya mikroorganisme (dibersihkan).

Dalam sanitasi kita kenal sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di situ ada poin cuci tangan pakai sabun, bahkan kita harus gunakan air sehat bersih dan aman dan menjaga agar tidak terjadi penyebaran,” pungkasnya.

Selain itu, gunakan air bersih. “Air yang bersih bukan hanya sehat dan aman tapi juga bisa memberantas jentik nyamuk yang balap-balapan dengan virus corona. Kasus kematian DBD juga tinggi. Persoalannya di air”, tambahnya lagi.

Dan yang tak kalah penting, ia melanjutkan, penggunaan jamban yang sehat dan menjaga rumah tetap bersih. Juga menjaga kesehatan mental.

“Kita juga punya ikhtiar dengan pendekatan keluarga. Dengan menjaga kesehatan pola pikir. Jangan panik, karena kita telah melakukan sesuatu tindakan pencegahan dengan cara tadi, menjaga kebersihan dan cuci tangan,” tambahnya.

Tahap itu semua akan efektif jika dicoba berbarengan dengan upaya yang lain untuk mengakhiri penularan serta penyebaran COVID- 19 begitu juga yang di informasikan penguasa. Usaha lain itu semacam isolasi mandiri serta melindungi jarak nyaman antarorang dan melindungi kesehatan serta kebersihan. Seluruh( usaha) wajib dilaksanakan dengan sungguh- sungguh supaya transmisi virusnya pula berhenti.

Sumber : https://dinkes.acehprov.go.id/