Virus Corona: Mengapa Tenaga Kesehatan Terus Tertular Covid-19 di Tengah Komitmen Pemerintah Menyalurkan APD?

Virus Corona

Jumlah tenaga kesehatan yang terkena Covid- 19 di Indonesia lalu meningkat di tengah pandemi virus corona. Pemerintah menerangkan sudah berkomitmen buat menuangkan perlengkapan penjaga diri ataupun APD, tetapi Jalinan Dokter Indonesia( IDI) melaporkan daya kesehatan di alun- alun sedang kekurangan APD.

Sejauh minggu kemudian belasan tenaga kesehatan yang tersebar di Sulawesi Utara, Sumatera Barat, serta Jawa Timur terdaftar positif Covid- 19.

Buat mencegah tenga kesehatan, penguasa menerangkan telah mengirimkan dekat satu juta APD dengan standar kedokteran ke rumah sakit di 34 provinsi.

Kepala Pusat Krisis (Kapuskris) Kementerian Kesehatan Budi Silvana kepada media juga berjanji mengirimkan tiga juta APD tambahan untuk tenaga kesehatan dalam sebulan.

“(APD) yang medical grade bukan sekadar baju hazmat,” kata Kepala Pusat Krisis (Kapuskris) Kementerian Kesehatan Budi Silvana.

Rumah Sakit di Berbagai Daerah Masih Kekurangan APD

Akan tetapi, juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik mengatakan rumah sakit daerah yang non-rujukan hingga puskesmas masih sangat kekurangan APD.

Menurut Halik, saat ini penyebaran virus corona sudah terjadi ke seluruh wilayah Indonesia dengan perluasan episentrum penularan virus, tingginya angka orang tanpa gejala, dan transmisi lokal.

“Jadi, ketersediaan APD ini kita minta tidak hanya di rumah sakit rujukan, tapi di fasilitas Kesehatan lainnya, termasuk di fasilitas tingkat pertama di layanan primer, itu Puskesmas. Rumah sakit di daerah itu penting terjamin ketersediaan APD-nya secara continue,” katanya

Distribusi APD, kata Halik perlu didukung sistem informasi untuk memastikan sampai ke tiap fasilitas kesehatan.

“Sejauh ini bantuan juga cukup banyak dari donasi dan masyarakat itu juga harus tepat distribusinya,” katanya.

Kebutuhan APD ini juga masih bersifat jangka pendek lantaran pandemi virus corona belum sampai puncaknya.

Kejujuran Pasien Menjadi Faktor

Terlepas dari ketersediaan APD, ada faktor lain yang membuat para tenaga kesehatan rawan terpapar virus corona.

Puluhan tenaga kesehatan RSUP dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, dinyatakan positif Covid-19 kemungkinan setelah tertular pasien yang tidak jujur mengenai kondisi kesehatannya, menurut juru bicara RSUP dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, Rochayatun.

“Misalnya ada perawat yang terpapar, itu biasanya bukan dari ruang isolasi. Artinya di sini memang ada hal-hal atau informasi yang tidak disampaikan oleh pasien, sehingga pasien tidak masuk ke screening (pemeriksaan) orang PDP (Pasien Dengan Pengawasan),” kata Rochayatun.

“Jangan lengah”

Aisyah, 22 tahun, bersama seluruh perawat di RS Persahabatan, Jakarta, belum lama ini menjalani tes masif Covid-19. Hasilnya negatif. “Setelah dites semua, hasilnya pada negatif,” katanya kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/04).

Kata Aisyah, perlengkapan APD di tempatnya bekerja, masih cukup untuk menangani pasien Covid-19. “Masih cukup untuk begitu banyaknya orang,” katanya.

Perawat yang masuk ke ruang pasien Covid-19 juga dibatasi maksimal tiga sampai empat jam, dan dilakukan secara bergantian dengan perawat lainnya.

“Selebihnya paling kita (bekerja) di luar. Di ruang yang bertekanan negatif, yang nggak bisa virus masuk,” katanya.

Menurut Aisyah, penularan di antara tenaga medis paling mungkin terjadi karena lengah.

“Kemungkinan bisa juga kita itu kadang-kadang sesama teman itu, kita suka saling percaya saja, bahwa kita semua sehat,” katanya.

Bagaimana pengalaman memakai APD?

Pandu Adji, 25 tahun, bertugas di bagian farmasi Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Jakarta. Ia sudah hampir sebulan bertugas dan dalam satu sif kerja, wajib menggunakan APD.

Selama bekerja, tenaga medis di RSD Wisma Atlet wajib menggunakan APD. Namun, tidak semua ruangan memiliki pendingin udara.

“Itu kita kayak dibungkus kain kafan saja, benar-benar tidak ada celah (udara) masuk,” kata Pandu kepada BBC News Indonesia, Sabtu (26/04).

“Soalnya kami di sini (bekerja) delapan jam, kadang-kadang lebih, pakai APD,” lanjutnya

Masker N95 yang digunakan sepanjang waktu bekerja juga bisa membuat wajah lecet.

“Sampai nyeplak. Bahkan teman medis yang lain, teman-teman saya hidungnya sampai luka, sampai bernanah. Itu yang bikin nggak nyaman,” kata Pandu.

Selain itu, penggunaan sepatu bot dan sarung tangan kedap udara juga bisa membuat bagian tubuh seperti kaki dan tangan lecet.

“Kita juga kalau pakai kacamata googles itu berembun. Jadi kita pandangan pun susah,” katanya.

Menurutnya, hal yang bisa membuat tenaga kesehatan terkena virus corona adalah daya tahan tubuh yang melemah.

Karena itu, dia dan rekan-rekannya selalu menjaga kondisi tubuh dengan menyantap makanan sehat dan dalam takaran yang cukup.

Sumber: https://www.bbc.com/