Jenis APD di Rumah Sakit

JENIS APD DIRUMAH SAKIT

Penanganan COVID-19 memang berbeda dengan penyakit infeksi menular lainnya, sehingga alat pelindung diri sangat dibutuhkan di rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk melindungi para tenaga kesehatan dari infeksi virus yang berkontak langsung dengan pasien.

Berikut ini ada beberapa jenis APD berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu:

  1. Masker

Salah satu komponen APD yang paling penting dalam menangani COVID-19 adalah masker. Para tenaga kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi tentu tidak dapat menggunakan sembarang masker.

Berikut ini terdapat jenis masker yang digunakan untuk melindungi nakes ketika menangani pasien sesuai dengan fungsinya, yaitu:

a. Masker bedah

Masker bedah adalah bagian APD standar yang memiliki tiga lapisan untuk melindungi penggunanya dari droplet atau darah. Umumnya, masker ini tidak digunakan untuk menangani pasien COVID-19 secara langsung. Penggunaan masker bedah biasanya hanya digunakan dalam tingkat pertama dan kedua, yaitu saat tenaga kesehatan berada di tempat praktik umum dan berada di laboratorium.

b. Respirator N95

Berbeda dengan masker bedah, masker dengan tingkat penyaringan hingga 95% ini biasa dipakai untuk merawat pasien COVID-19 secara langsung. Hal ini dikarenakan jenis masker yang satu ini lebih ketat, sehingga digunakan dalam alat pelindung diri tingkat ketiga.

Tingkat ketiga adalah situasi penanganan pasien yang sudah terkonfirmasi terinfeksi COVID-19. Maka itu, respirator N95 diperlukan saat tingkat risiko penanganan sudah sangat tinggi.

  • Pelindung mata (googles)

Selain masker, bagian lain dari alat pelindung diri adalah pelindung mata alias googles. Peralatan ini dirancang agar mata dan area sekitarnya terhindar dari droplet pasien suspek atau positif COVID-19.

Umumnya, penggunaan pelindung mata digunakan ketika penanganan COVID-19 sudah masuk ke tingkat ketiga, alias langsung merawat pasien yang sudah dikonfirmasi terinfeksi virus.

  • Pelindung wajah (face shield)

Walaupun seorang tenaga kesehatan sudah memakai masker dan pelindung mata, ternyata alat pelindung diri mereka tidak cukup jika tidak ada pelindung wajah atau face shield.

Maka dari itu, pelindung wajah lebih sering ditemukan pada dokter atau perawat yang sedang menangani pasien positif COVID-19.

  • Sarung tangan

Satu alat pelindung diri yang tidak kalah penting dari masker dan pelindung lainnya adalah sarung tangan. Penggunaan sarung tangan berfungsi untuk mengurangi risiko kontak langsung dengan permukaan atau benda yang terkontaminasi virus. Namun, tidak semua sarung tangan dapat digunakan pada semua situasi.

Berikut ini terdapat dua jenis sarung tangan yang diperlukan oleh tenaga kesehatan ketika menangani pasien COVID-19.

sarung tangan pemeriksaan: alat pelindung tingkat pertama dan kedua yang digunakan saat memeriksa pasien yang belum terkonfirmasi dan prosedur medis ringan lainnya

sarung tangan bedah: dipakai oleh tenaga kesehatan ketika melakukan prosedur medis sedang hingga berat, seperti operasi bedah dan penanganan langsung pasien COVID-19

  • Pelindung tubuh

Setelah mengenali alat pelindung diri yang digunakan dari mata hingga tangan, terdapat APD yang dikhususkan untuk melindungi tubuh para penggunanya. Ketiga alat pelindung tubuh ini memiliki satu kesamaan, yaitu berwarna terang agar lebih mudah mendeteksi kontaminan yang menempel.

Berikut ini beberapa pelindung tubuh yang termasuk dalam standar APD penanganan COVID-19, yaitu:

gaun sekali pakai: alat pelindung tingkat pertama dan kedua untuk melindungi bagian depan, lengan, dan setengah kaki penggunanya dari cairan darah atau droplet agar tidak merembes ke tubuh.

coverall medis: alat pelindung tingkat ketiga untuk menutupi tubuh secara keseluruhan. Mulai dari kepala, punggung, sampai mata kaki sehingga lebih aman.

heavy duty apron: dipakai untuk melindungi tubuh bagian depan tenaga kesehatan dan bersifat tahan air.

  • Sepatu boot anti air

Sepatu boot anti air pun menjadi bagian dari APD yang cukup penting karena dapat melindungi kaki penggunanya dari droplet yang mungkin menempel di lantai. Sepatu ini biasanya digunakan dalam tingkat penanganan ketiga mengingat risiko infeksi yang jauh lebih besari saat berhadapan langsung dengan pasien positif COVID-19.

Selain sepatu boot anti air, alat pelindung kaki lainnya adalah penutup sepatu yang didesain untuk menjaga sepatu para tenaga kesehatan dari percikan air infeksi virus. Penutup ini sering digunakan ketika nakes berada di ruang konsultasi atau laboratorium non-pernapasan.

Sumber : https://www.alodokter.com/