4 Bukti Dedikasi Tenaga Medis Selama Corona, Patut Diapresiasi!

Pandemi COVID- 19 yang telah 2 bulan menyerang sudah memberikan tantangan untuk banyak pekerjaan. Salah satu yang sangat dicoba merupakan tenaga kesehatan, dengan kedudukan mereka bagaikan garda terdepan terdahulu pijakan warga dalam menanggulangi virus.

Dalam kurun durasi pendek itu pula, efisien tradisi ribuan tenaga medis terpapar langsung dengan virus ialah akibat yang tidak bisa mereka jauhi.

Minim jumlah membuat yang ada harus bekerja ekstra

Menurut riset World Bank, Indonesia hanya memiliki empat dokter yang melayani 10.000 penduduk. Begitu pula dengan angka rasio ketersediaan perawat, di mana dua orang perawat melayani 1.000 penduduk.

Hal ini membuat tenaga medis yang tersedia jadi harus rela bekerja ekstra. Dengan kondisi seperti ini, telah muncul beragam gerakan di media sosial di mana masyarakat diharapkan untuk dapat mengurangi beban para tenaga medis untuk tidak pergi ke rumah sakit apabila tidak benar-benar membutuhkan.

Terpaksa mengurungkan keinginan bertemu keluarga

Terutama bagi para tenaga medis yang bertugas di RS rujukan COVID-19, bertemu dengan keluarga merupakan keinginan yang sudah sewajarnya tak terhindarkan, namun sayangnya berisiko besar. Dengan terpaparnya para tenaga medis dengan virus saat bertugas, mereka berpotensi untuk menjadi virus carrier bagi keluarganya. Berkumpul dengan keluarga kini merupakan pilihan, dan bukan lagi rutinitas harian.

Harus menggunakan Alat Pelindung Diri yang penuh tantangan

Agar dapat terhindar dari paparan virus Corona, para tenaga medis diwajibkan untuk mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bertugas. Bukan hal yang mudah untuk mengenakan APD yang berlapis-lapis dan bukan hal yang mudah pula untuk bertugas saat mengenakan APD.

Dalam postingan salah satu tenaga medis, ia menceritakan bagaimana ia dan para rekannya harus bertahan tidak makan, minum, bahkan buang air kecil bahkan sampai 12 jam selama mengenakan APD. Hal ini dikarenakan APD yang sudah dipakai harus dibuang setelah penggunaan. Dengan jumlahnya yang minim dan harga yang relatif mahal, para tenaga medis harus turut menghemat penggunaannya.

Mobilisasi tanpa henti dengan terbatasnya opsi transportasi

Sejak diluncurkannya kebijakan PSBB oleh pemerintah sejak satu bulan lalu, tak ayal perjuangan para tenaga medis menjadi semakin berat. Bagaimana tidak? Mereka yang tetap harus bertugas kini harus mencari cara agar tetap dapat pulang-pergi dengan batasan pilihan transportasi yang ada.

Di antara deretan pihak yang berempati terhadap kendala yang dihadapi para tenaga medis, Gojek merupakan salah satu perusahaan yang paling menjawab kebutuhan mereka. Sebagai pelopor transportasi online di Indonesia, Gojek membagikan puluhan ribu voucher perjalanan bagi tenaga medis tiap melakukan perjalanan dari tempat tinggal menuju rumah sakit, dan sebaliknya.