Mengenal Alat Tes Virus Corona Dari Singapura Dan Jepang

Virus corona yang menyebabkan penyakit Covid- 19 awal kali ditemukan di Wuhan, Cina serta saat ini telah menyebar ke ratusan negeri yang lain sampai lintas benua. Apalagi, di beberapa negeri kasus infeksi ini malah menyebar dengan kilat serta besar. Misalnya saja di Iran, Korea Selatan, serta Italia. Di saat nilai penemuan kasus infeksi terkini di Cina menyusut, di 3 negeri ini malah jumlah kasus terus menjadi bertambah dari hari ke harinya.

Bermacam usaha juga dicoba untuk dapat mengakhiri persebaran virus yang sampai saat ini telah menginfeksi lebih dari 100. 000 orang ini. Sebagian riset serta teknologi senantiasa diupayakan untuk dapat dengan kilat mendeteksi Covid- 19 ini, misalnya semacam yang dicoba oleh Singapore serta Jepang.

Singapura

Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan sejak Kamis (5/3/2020) pihaknya memiliki alat uji infeksi virus corona terbaru bernama HTX Covid-19 yang akan digunakan untuk memeriksa sampel yang telah dikumpulkan di pos pemeriksaan Singapura. Alat yang merupakan hasil kerjasama antara Home Team Science & Technology Agency (HTX) dan Veredus Laboratories ini disebut dapat mengeluarkan hasil uji tes virus corona hanya dalam waktu 3 jam saja. Tentu waktu yang dijanjikan ini lebih cepat daripada alat uji yang ada di rumah sakit saat ini. Alat baru ini juga tidak hanya bisa mendeteksi virus corona saja, namun juga mengetahui tingkat keparahannya.

Dikutip dari Channel News Asia (6/3/2020), HTX Covid-19 juga diklaim memiliki akurasi hingga 99 persen, sebagaimana tertulis di kertas keterangannya. HTX menyatakan Health Sciences Authority (HSA) telah mengakui alat ini dan dapat digunakan secara langsung oleh laboratorium atau rumah sakit untuk mendiagnosis pasien secara medis. 

Tes 200 sampel per hari Sampel yang terkumpul di titik uji Singapura baik jalur darat, laut, dan udara akan dibawa ke laboratorium HTX di Pasir Panjang Scanning Station. Laboratorium ini bisa menangani 200 sampel setiap harinya, dengan keberadaan 20 ahli yang ditugaskan secara bergiliran. Di tempat tersebut, terdapat 3 tahapan yang akan dilakukan untuk menguji sampel apakah benar mengandung virus corona atau tidak. Pertama, ahli akan mengekstrak sampel ribonucleic acid (RNA). Kemudian RNA ini dikonversi menjadi deoxyribonucleic acid (DNA). Terakhir, adalah proses yang disebut sebagai reaksi berantai polymerase. Proses ini memperkuat sinyal virus di dalam sampel sehingga lebih mudah terdeteksi. Apabila terdeteksi negatif, HTX akan menginfrormasikan pada Kementerian Kesehatan. Orang bersangkutan pun akan diinformasikan hasinya dan dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans.

Jepang

Jepang mengaku berharap sistem uji virus corona yang dimiliki bisa melayani 7.000 orang setiap harinya. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Jepang, Katsunobu Kato, Minggu (8/3/2020) saat wawancara dengan NHK soal uji virus yang sepenuhnya ditanggung oleh sistem asuransi kesehatan nasional sejak pekan lalu. Dokter juga bisa menggunakan lab pribadi untuk pengujian tanpa perlu mendapat izin dari pusat kesehatan lokal.

Kato menyebut, kapasitas uji virus corona di Jepang telah meningkat dari yang sebelumnya 4.200 orang per hari menjadi 6.200 orang per hari pada Kamis (5/3/2020). Dia berharap kapasitas ini akan dapat kembali meningkat hingga bisa melakukan tes kepada lebih dari 7.000 orang per harinya.

Sementara itu dikutip dari Japantimes, perusahaan Shimadzu Corp mengklaim dalam pengembangan alat tes virus corona yang mampu mengeluarkan hasil dalam waktu satu jam. Metode yang digunakan menggunakan reagen yang biasanya digunakan menyaring norovirus. Sementara tes biasanya yang memakan waktu 6 jam yaitu dengan mendeteksi coronavirus baru dengan tes polymerase chain reaction test (PCR).

Sebaliknya uji Shimadzu merupakan versi PCR yang melewatkan metode mengambil DNA dari virus untuk mempercepat durasi. Industri yang berplatform di Kyoto itu berambisi dengan terdapatnya kit uji itu dapat tingkatkan output uji 100. 000 dalam sebulan.