Trisula International Genjot Penjualan Alat Kesehatan

PT Trisula International Tbk( TRIS) bersama anak usahanya PT Trisula Textile Industries Tbk( BELL) memercayakan pemasaran perlengkapan kesehatan semacam perlengkapan pelindung diri( APD), pakaian hazmat, kain segar serta produk yang lain.

Hal ini dicoba untuk menanggulangi pelemahan bidang usaha mode di tengah pandemi Covid- 19. Ketua Utama Trisula International Susanto Widjojo menarangkan, perseroan mendalami kondisi ini dengan memproduksi pakaian hazmat, masker non‐ kedokteran serta Medical Garment yang diekspor  ke  berbagai  negara  seperti  Australia,  Eropa,  UK,  dan  Singapura. Selain itu saat ini perseroan tengah mengembangkan pakaian Protective Wear yang akan dipasarkan dalam negeri maupun ekspor. “Kedepannya, kami berkomitmen.

Untuk  memaksimalkan  potensi  pasar  ekspor  jika  kondisi  masih  membutuhkan  dan  juga  meneruskan penjualan APD secara domestik,”jelasnya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Senin (9/11). Adapun untuk memuluskan komitmen tersebut, melalui anak usahanya yakni PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), pada akhir September lalu, perseroan telah memperoleh izin edar  dari  Kementerian  Kesehatan  (Kemenkes) yang berlaku selama 5 tahun.

Menilik laporan keuangan perseroan, hingga akhir September 2020, perseroan mampu membukukan peningkatan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar 52,3% menjadi Rp 6,64 miliar. Menurunnya jumlah beban jadi faktor utama pertumbuhan ini. Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip oleh Investor Daily, pertumbuhan tersebut ditopang oleh keberhasilan Trisula International menekan sejumlah beban seperti beban pokok penjualan tercatat Rp 705,08 miliar, turun 24.94% dari Rp 248,57 miliar.

Hal yang sama juga terjadi pada beban umum dan beban penjualan, masing-masing terkoreksi 3.93% dan 28.38%. Adapun pada periode ini perseroan membukukan penjualan sebanyak Rp 891,66 miliar, atau berkurang Rp 235,78 miliar. Sedangkan pada periode yang sama di 2019 lalu perseroan mampu melakukan penjualan hingga Rp 1.12 triliun.

Secara rinci, segmen ekspor dan lokal kepada pihak ketiga masih mendominasi dengan menyumbang masing-masing Rp 411,01 miliar dan Rp 439,62 miliar. Sedangkan pada penjualan pihak berelasi berkontribusi Rp 41,02 miliar.  Hingga akhir September 2020, total aset tercatat sebanyak Rp 1,13 triliun yang terbagi atas aset lancar Rp 743,09 miliar dan aset tidak lancar Rp 390,26 miliar.

Sedangkan total liabilitas Trisula menurun 4.78% menjadi Rp 463,37 miliar. Kinerja Anak Usaha Secara terpisah, Direktur Utama Trisula Textile Industries Karsongno Wongso Djaja memaparkan, untuk beradaptasi selama masa pandemi, perseroan berinovasi melalui kain sehat. Produk ini dilengkapi dengan fitur anti mikroba, anti air,  dan Breathable  sehingga  aman  dan  nyaman digunakan. Saat ini kain sehat telah di‐supply  dan dibuat  menjadi  berbagai  produk  garmen.

“Kain  Sehat  dapat  diproduksi menjadi berbagai produk seperti Windbreaker  Jacket, Outer,  rompi,  dan  sebagainya.  Perseroan  sendiri telah memproduksi Jaket Lipat melalui  brand milik perseroan, yaitu JOBB yang dipasarkan melalui daring dan toko ritel,” paparnya. Sementara itu entitas anak usaha PT Trisula International Tbk (TRIS), mencatatkan penjualan berjumlah Rp 433,25 miliar, cukup stabil dari sebelumnya Rp 450,86 miliar.

Hal itu diiringi dengan bobot utama pemasaran yang turun 3. 91% ataupun sebanding dengan Rp 332, 62 miliyar.

Pemasukan itu disumbang oleh pemasaran pihak ketiga dengan keseluruhan Rp 413, 21 miliyar serta pihak berelasi Rp 20, 03 miliyar. Ada pula berbanding menjempalit dengan kemampuan bibit usaha, bobot upaya Trisula Textile Industries pada beberapa bagian semacam bobot pemasaran serta bobot biasa menguat masing- masing 59. 02% dan 4. 06%.

Sehabis dikurangi sebagian pajak, profit neto berjalan berjumlah Rp 457, 17 juta.Dengan bermacam aspek itu per September 2020, Trisula Textile mengidap cedera yang bisa diatribusikan pada owner Rp 1, 66 miliyar dari profit Rp 19, 42 miliyar pada September 2019.Terakhir keseluruhan peninggalan berjumlah Rp 576, 85 miliyar, turun 2, 37% dari Rp 590, 88 bagaikan akibat dari pembelian materi dasar. Keseluruhan kepekaan pula menyusut jadi Rp 303, 80 miliyar ataupun sebanding dengan 3, 20%, atas pelunasan pinjaman yang dipakai buat pembelian mesin.

Sumber : Investor