Virus Corona: Mengapa Tenaga Medis Terus Tertular Covid-19 di Tengah Komitmen Pemerintah Menyalurkan APD?

Jumlah tenaga medis yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia terus bertambah di tengah pandemi virus corona. Pemerintah RI menegaskan sudah berkomitmen untuk menyalurkan APD, namun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan tenaga medis di lapangan masih kekurangan APD.

pengadaan apd virus corona

Sepanjang pekan lalu belasan tenaga kesehatan yang tersebar di Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Timur tercatat positif Covid-19.

Di Jakarta, jumlahnya mencapai 174 orang per 11 April lalu.

Adapun jumlah tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19 sudah lebih dari 30 orang.

“Sudah terlapor meninggal itu, dari IDI ada 24 dokter, kemudian dari dokter gigi ada enam, kemudian dari perawat ada 17,” kata juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik, kepada waratwan BBC News Indonesia, Muhammad Irham, Minggu (26/04).

Trump akan sediakan ventilator untuk Indonesia, netizen protes persediaan dalam negeri tak cukup

‘Kami tidak tahu siapa positif Covid-19’: Tenaga kesehatan takutkan ledakan kasus di Papua Barat dan Papua

Dokter dan perawat meninggal akibat virus corona: ‘Kalau mereka kolaps, keadaan akan lebih buruk lagi’

Cerita kehidupan tim medis Indonesia ‘berperang’ melawan virus corona

Guna melindungi tenaga kesehatan, pemerintah menegaskan sudah mengirimkan sekitar satu juta APD dengan standar medis ke rumah sakit di 34 provinsi.

Kepala Pusat Krisis (Kapuskris) Kementerian Kesehatan Budi Silvana kepada media juga berjanji mengirimkan tiga juta APD tambahan untuk tenaga kesehatan dalam sebulan.

“(APD) yang medical grade bukan sekadar baju hazmat,” kata Kepala Pusat Krisis (Kapuskris) Kementerian Kesehatan Budi Silvana kepada Medcom.id, Rabu (22/04).

Rumah Sakit di Berbagai Wilayah Masih Kekurangan Alat Pelindung Diri

Akan tetapi, juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik mengatakan rumah sakit daerah yang non-rujukan hingga puskesmas masih sangat kekurangan APD.

Menurut Halik, saat ini penyebaran virus corona sudah terjadi ke seluruh wilayah Indonesia dengan perluasan episentrum penularan virus, tingginya angka orang tanpa gejala, dan transmisi lokal.

“Jadi, ketersediaan APD ini kita minta tidak hanya di rumah sakit rujukan, tapi di fasilitas Kesehatan lainnya, termasuk di fasilitas tingkat pertama di layanan primer, itu Puskesmas. Rumah sakit di daerah itu penting terjamin ketersediaan APD-nya secara continue,” katanya kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/04).

Distribusi APD, kata Halik perlu didukung sistem informasi untuk memastikan sampai ke tiap fasilitas kesehatan.

“Sejauh ini bantuan juga cukup banyak dari donasi dan masyarakat itu juga harus tepat distribusinya,” katanya.

Kebutuhan APD ini juga masih bersifat jangka pendek lantaran pandemi virus corona belum sampai puncaknya.

“Ini kan masih ada waktu untuk kita sama-sama membenahi kebutuhan APD ini,” kata Halik.

Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban menyebut kebutuhan APD di rumah sakit tersebar hampir di seluruh Indonesia.

“Jadi di banyak tempat, di Padang, Sulawesi selatan, di Cirebon, di mana-mana kekurangan (masker) yang N95 agak sukar carinya. Sedangkan yang di APD dalam bentuk gaun, itu lumayan, namun, bahannya ternyata tidak bisa melindungi penuh,” kata Zubairi kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/04).

Kejujuran Pasien Menjadi Faktor

Terlepas dari ketersediaan APD, ada faktor lain yang membuat para tenaga kesehatan rawan terpapar virus corona.

Puluhan tenaga kesehatan RSUP dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, dinyatakan positif Covid-19 kemungkinan setelah tertular pasien yang tidak jujur mengenai kondisi kesehatannya, menurut juru bicara RSUP dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, Rochayatun.

“Misalnya ada perawat yang terpapar, itu biasanya bukan dari ruang isolasi. Artinya di sini memang ada hal-hal atau informasi yang tidak disampaikan oleh pasien, sehingga pasien tidak masuk ke screening (pemeriksaan) orang PDP (Pasien Dengan Pengawasan),” kata Rochayatun.

apd virus corona

Sebagai pelajaran dari tingginya angka tenaga kesehatan yang positif Covid-19, RSUP dr Kariadi mengandalkan sosialisasi nilai kejujuran kepada pasien. Sosialisasi lewat media sosial dan poster yang pasang di pintu-pintu rumah sakit.

“Agar pasien lebih terbuka, karena dengan begitu penanganannya akan lebih tepat dan mata rantai penularan ini bisa diputus,” jelas Rochayatun.

Sebelumnya sebanyak 34 tenaga medis, termasuk enam dokter bedah spesialis di RSUP dr Kariadi dinyatakan positif Covid-19.

Kini sebagian masih menjalani karantina diri. Namun, sebagian lainnya sudah pulang dari tempat karantina di Hotel Kesambi Hijau setelah dinyatakan negatif, kata juru bicara RSUP dr Kariadi, Rochayatun.

“Yang jelas, empat dokter spesialis bedah itu semua sudah negatif,” katanya kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/04).

“Jangan Lengah”

Aisyah, 22 tahun, bersama seluruh perawat di RS Persahabatan, Jakarta, belum lama ini menjalani tes masif Covid-19. Hasilnya negatif. “Setelah dites semua, hasilnya pada negatif,” katanya kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/04).

Kata Aisyah, perlengkapan APD di tempatnya bekerja, masih cukup untuk menangani pasien Covid-19. “Masih cukup untuk begitu banyaknya orang,” katanya.

Perawat yang masuk ke ruang pasien Covid-19 juga dibatasi maksimal tiga sampai empat jam, dan dilakukan secara bergantian dengan perawat lainnya.

“Selebihnya paling kita (bekerja) di luar. Di ruang yang bertekanan negatif, yang nggak bisa virus masuk,” katanya.

Menurut Aisyah, penularan di antara tenaga medis paling mungkin terjadi karena lengah.

“Kemungkinan bisa juga kita itu kadang-kadang sesama teman itu, kita suka saling percaya saja, bahwa kita semua sehat,” katanya.

Bagaimana Pengalaman Memakai APD?

Pandu Adji, 25 tahun, bertugas di bagian farmasi Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Jakarta. Ia sudah hampir sebulan bertugas dan dalam satu sif kerja, wajib menggunakan APD.

Selama bekerja, tenaga medis di RSD Wisma Atlet wajib menggunakan APD. Namun, tidak semua ruangan memiliki pendingin udara.

“Itu kita kayak dibungkus kain kafan saja, benar-benar tidak ada celah (udara) masuk,” kata Pandu kepada BBC News Indonesia, Sabtu (26/04).

“Soalnya kami di sini (bekerja) delapan jam, kadang-kadang lebih, pakai APD,” lanjutnya

Masker N95 yang digunakan sepanjang waktu bekerja juga bisa membuat wajah lecet.

“Sampai nyeplak. Bahkan teman medis yang lain, teman-teman saya hidungnya sampai luka, sampai bernanah. Itu yang bikin nggak nyaman,” kata Pandu.

Selain itu, penggunaan sepatu bot dan sarung tangan kedap udara juga bisa membuat bagian tubuh seperti kaki dan tangan lecet.

“Kita juga kalau pakai kacamata googles itu berembun. Jadi kita pandangan pun susah,” katanya.

Menurutnya, hal yang bisa membuat tenaga kesehatan terkena virus corona adalah daya tahan tubuh yang melemah.

Karena itu, dia dan rekan-rekannya selalu menjaga kondisi tubuh dengan menyantap makanan sehat dan dalam takaran yang cukup.

sumber : BBC

Hygiene-Q merupakan Partner terbaik Organisasi Anda dalam pengadaan APD Virus Corona. Segera Hubungi 0813 3000 9003