Menteri Muhadjir Minta UMKM Kembangkan Jamu Anti Covid-19

Perlengkapan kesehatan( alkes) serta obat- obatan buat penindakan Covid- 19 sedang banyak bergantung pada impor. Begitu diakui Menteri Menko Pembangunan Orang serta Kultur( PMK) Muhadjir Effendy. Disaat ini, katanya, pemerintah berusaha mengarusutamakan obat konvensional serta jamu menjadi leading sector dalam penyelenggaraan kesehatan nasional. Itu dicoba untuk mengurangi ketergantungan kepada obat- obatan impor, termasuk bahan bakunya.

Menurut Muhadjir, saat ini bahan baku pembuatan obat di Indonesia sangat didominasi bahan impor. Sedangkan bahan lokal digunakan hanya sedikit. Padahal, Indonesia kaya flora fauna. “Itu bisa menjadi sumber bahan baku obat yang selama ini belum begitu dimanfaatkan,” jelasnya, saat berdialog dengan pelaku UMKM di Kabupaten Sukoharjo, kemarin. 

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tiga periode ini menegaskan, harus ada terobosan. “Untuk mengarusutamakan obat-obat tradisional dan jamu-jamuan, agar betul-betul menjadi tuan rumah sendiri di Indonesia. Ini tugas kita,” tekannya. 

Dalam kesempatan itu, Muhadjir menyerahkan Sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik Bertahap (CPOTB) serta Nomor Izin Edar Obat Tradisional kepada sejumlah pelaku UMKM jamu di Kabupaten Sukoharjo. 

Program ini, lanjutnya, akan terus digalakkan hingga seluruh Indonesia. Agar pelaku UMKM jamu bisa menghasilkan jamu dan obat tradisional yang bermutu, dan turut memberdayakan masyarakat. Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga meminta pelaku UMKM jamu, agar terus mengembangkan inovasi produk sampai menghasilkan obat tradisional yang telah teruji klinis dan mendapatkan grade fitofarmaka. “Kita akan dukung penuh pelaku usaha di bidang obat tradisional dan jamu ini,” yakinnya. 

Selain itu, Muhadjir menegaskan, pengembangan tanaman obat dan herbal di masa pandemi Covid-19 ini sangat penting. Menurutnya, saat ini Presiden Jokowi berfokus pada pengembangan obat-obatan yang bersumber dari bahan baku asli Indonesia. “Kalau bisa, dikembangkan bukan hanya sebagai obat tradisional. Tapi juga sebagai obat fitofarmaka (obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanannya dengan uji klinis),” jelasnya. 

Bahkan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani tanaman obat, kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan ini, nantinya pemerintah akan mendesain korporasi khusus untuk tanaman obat. Hal itu dilakukan agar para petani bisa memasarkan produknya secara kontinyu dan memiliki pasar yang tetap. 

Dengan seperti itu, masih menurut Muhadjir, produk petani itu mulai dari proses penanamannya, pembibitannya, setelah itu telah jadi produk wajib dibimbing, hingga terdapat jaminan, jika produknya nanti hasil petani itu hendak terbeli.“ Sehingga orang tani akan merasa aman serta aman dalam bekerja. Sementara produknya juga akan berstandar sesuai kebutuhan obat.

Sumber : RMco